10:53

Memerangi "kepalsuan" Uni Eropa: dalam pernyataan Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Perwakilan Tinggi untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Uni Eropa Josep Borrell perihal ketahanan pangan belum lama ini

1. “Mengeluarkan gandum dari Ukraina merupakan salah satu prioritas utama kami… ‘Inisiatif Butir Laut Hitam’ yang disponsori oleh PBB telah mengubah situasi yang ada, sehingga produk pangan berhasil dipasok ke negara-negara yang paling membutuhkan, membuat pasar menjadi stabil. Tidak seperti disinformasi yang disampaikan oleh Rusia,  bahan pangan ini diarahkan ke Afrika, Timur Tengah dan Asia” (kutipan pidato Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, saat KTT Keamanan Pangan Global di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-77 pada 20 September tahun ini di New York).

 “Lihatlah data dan statistiknya. Dua pertiga dari ekspor Ukraina [di bawah Inisiatif Butir Laut Hitam di bawah naungan PBB] dikirim ke Afrika, Timur Tengah dan Afrika” (disampaikan oleh Perwakilan Tinggi untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Uni Eropa Josep Borrell pada konferensi pers seusai pertemuan informal para menteri luar negeri negara-negara anggota Uni Eropa pada 19 September tahun ini, di New York).

 “Biji-bijian, terutama jagung dan gandum, telah terkirim ke Asia (lebih dari 40%), Afrika (16%), serta negara-negara Uni Eropa” (dari situs web Dewan Uni Eropa “Ketahanan dan ketersediaan pangan” ; bagian pasokan ke Uni Eropa dalam materi tersebut secara halus dengan sengaja tidak disebutkan).

Bahkan dalam hal masalah kemanusiaan, UE menggunakan "akuntansi kreatif" untuk memperbaiki gambaran yang ada, dengan harapan tidak ada yang menginginkan informasi lebih rinci. Dalam kenyataannya tidak semua penerima gandum Ukraina adalah Asia, Afrika dan Timur Tengah, mereka termasuk golongan paling rentan dalam hal ketahanan pangan dan penerima bantuan dari Program Pangan Dunia PBB. Lebih tepatnya menurut data Pusat Koordinasi Gabungan (JCC), pada 21 September tahun ini, hanya 5 dari 185 kapal yang memuat biji-bijian Ukraina dan produk makanan lainnya diekspor ke negara-negara yang paling membutuhkan menurut klasifikasi PBB yaitu bagian Afrika sub-Sahara (Jibuti (dari sana diekspor menggunakan transportasi darat ke Ethiopia dan negara-negara lain di kawasan Tanduk Afrika, Kenya, Somalia dan Sudan). 3 kapal lainnya dikirim ke negara yang memiliki risiko ancaman kekurangan pangan di Timur Tengah dan Asia (Yaman dan Bangladesh). Sesungguhnya "Kesepakatan gandum" ini justru dibuat untuk kepentingan negara-negara ini dan bukan untuk negara-negara Uni Eropa.

Apapun yang dikatakan para pemimpin Uni Eropa, namun statistik tak dapat dibohongi. Sesuai dengan apa yang disampaikan Pusat Koordinasi Gabungan (JCC), per tanggal 21 September tahun ini, 93 kapal dari 185 kapal yang disebutkan adalah menuju Uni Eropa (https://un.org/en/black-sea-grain-initiative/vessel-movements). Porsi Uni Eropa adalah sekitar 40% dari total pasokan. Jadi bagaimanapun juga justru Uni Eropalah dan bukan negara termiskin di dunia yang menjadi penerima manfaat terbesar dari kesepakatan ekspor gandum Ukraina.

Oleh sebab itu sebelum para pemimpin Uni Eropa mulai menyesatkan masyarakat dunia, seharusnya mereka memeriksa angka-angka tersebut dengan lebih hati-hati. Untuk periode 19-21 September tahun ini. (Saat Charles Michel dan Josep Borrell menyuarakan tuduhan mereka terhadap Rusia di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York) justru di saat yang sama hampir 400 ribu ton makanan diekspor ke negara-negara anggota Uni Eropa melalui Laut Hitam (atau selama tiga hari itu mencapai lebih dari 60% dari total keseluruhan pengiriman). Untuk negara lain - 263,9 ribu ton. Dan hanya ada satu pengiriman yang diekspor ke negara-negara yang memiliki risiko ancaman kekurangan pangan (Bangladesh). Selama periode tersebut, ada 18 kapal merapat ke pelabuhan Uni Eropa, 9 ke pelabuhan negara lain, terlihat jelas rasionya berpihak ke Uni Eropa. (atau lebih tepatnya, tidak mendukung yang lain).

Perlu juga dicatat faktanya bahwa pasokan dari Ukraina bukan hanya gandum yang konon akan digunakan "untuk memberi makan seluruh dunia" oleh Uni Eropa, tetapi juga terdapat varietas pakan jagung dan kedelai, yang impornya sangat bergantung industri peternakan Uni Eropa.

Mengenai 10 juta ton pangan dari Ukraina (seperti yang diungkapkan dalam pidato yang disebutkan di atas oleh Charles Michel pada tanggal 20 September lalu), yang diekspor ke Uni Eropa melalui jalan darat dalam rangka inisiatif Uni Eropa  yaitu "Koridor Solidaritas", juga masih belum jelas di mana dan dalam jumlah berapa. Uni Eropa dengan malu-malu menghindari mengungkapkan data yang relevan.

2. “Prioritas kami yang lain adalah memerangi kelangkaan pupuk. Kita harus meningkatkan kapasitas produksi, terutama di Afrika” (kutipan pidato Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, saat KTT Keamanan Pangan Global di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-77 pada 20 September tahun ini di New York).

Justru Uni Eropa sendiri melalui kebijakan energinya yang tidak dipahami dengan baik dan sanksi sepihak terhadap Rusia dan juga Belarus yang memicu kelangkaan pupuk secara global. Pada pertemuan di Brussel yang bertujuan membatasi pendapatan ekspor ke dalam anggaran Rusia, mereka tidak lalai memperhitungkan fakta bahwa Federasi Rusia menempati urutan pertama di dunia dalam ekspor pupuk nitrogen, tempat kedua untuk pupuk kalium dan ketiga untuk pupuk fosfor.

Pasokan pupuk Rusia ternyata menjadi sangat rumit oleh masalah pembayaran yang ditimbulkan oleh sanksi Uni Eropa (termasuk karena pembatasan-pembatasan khusus dan pemutusan bank-bank Rusia terkemuka dari sistem SWIFT) dan juga dalam bidang logistik. Ini ditumpangkan pada "kepatuhan berlebihan" dari pelaku ekonomi Eropa. Pelaku bisnis takut akan tuntutan administratif dan bahkan pidana bila melanggar rezim sanksi yang diterapkan.

Pembatasan serius pada pasokan pupuk Rusia ke negara ketiga telah menciptakan sanksi Uni Eropa ("secara pribadi") yang ditargetkan terhadap pemegang saham dan manajemen pihak produsen dan juga eksportir Rusia dari produk ini. Akibat langkah ini, maka total sekitar 300.000 ton pupuk tersangkut di pelabuhan negara-negara anggota Uni Eropa, yang sesungguhnya siap diserahkan Rusia secara gratis ke negara-negara berkembang yang sangat membutuhkan produk ini.

Karena pembatasan langsung  yang diterapkan oleh UE, maka sangat sulit untuk mengekspor pupuk kalium Rusia ke pasar dunia. Alasannya adalah larangan transit melalui pelabuhan UE dan peran perusahaan Eropa, serta perusahaan internasional dengan partisipasi UE dalam perdagangan, transshipment, penyediaan layanan asuransi untuk jenis dari Rusia pupuk ini. Satu-satunya pengecualian yang diberikan  oleh Uni Eropa adalah hanya untuk dirinya sendiri, setelah menentukan kuota terpisah untuk impor ke negara-negara anggota UE dalam jumlah volume pengiriman tahunan rata-rata, yaitu pada kenyataannya, ia benar-benar melepaskan diri dari pembatasan pupuk kalium Rusia.

Sekarang Brussel sedang mencoba untuk mengatasi masalah yang telah dia ciptakan. 19 September tahun ini Komisi Eropa telah menerbitkan "klarifikasi" tambahan, yang menurutnya negara-negara anggota UE dapat mengizinkan transit pupuk kalium yang ditujukan untuk negara ketiga, terutama yang paling membutuhkan, dan menyediakan layanan terkait hal tersebut. Di saat yang sama, larangan transit melalui UE ke negara ketiga atas produk Rusia  yang mendapatkan sanksi dan penyediaan jasa perantara, maupun keuangan terkait, yang awalnya dituangkan dalam undang-undang UE, kenyataannya belum dicabut. Akibatnya masih tidak jelas, apakah langkah-langkah yang tidak jelas dan tidak berlandaskan hukum tersebut akan memberikan dampak dalam mengurangi kekurangan pupuk di pasar dunia.

Brussels tidak merinci apa yang harus dilakukan dengan negara-negara agraris yang belum menerima pupuk Rusia dalam jumlah yang signifikan, sehingga dalam waktu dekat terancam dengan penurunan tajam dalam panen. Satu-satunya saran adalah menunggu sampai fasilitas produksi pupuk dibangun di wilayah mereka dan dilengkapi dengan teknologi canggih yang sesuai, yang akan memakan waktu dan meningkatkan ketergantungan mereka pada UE.

Uni Eropa kembali memberikan janji-janji dan mengandalkan pada efek propaganda, termasuk pada bantuan keuangan untuk kebutuhan ketahanan pangan.

3. “Saya ingin menekankan bahwa sanksi kami ditujukan pada ekonomi militer Rusia, dan bukan pada pangan dan pertanian. Sanksi kami hanya berlaku untuk warga negara Uni Eropa dan pelaku ekonomi Uni Eropa. Mereka hanya berlaku di dalam UE. Tak satu pun dari pembatasan kami ditujukan terhadap perdagangan pupuk antara negara ketiga dan Rusia. Bahkan kami sendiri walaupun dengan pembatasan terus mengimpor pupuk Rusia, Bagaimana kami bisa mencegah pengiriman pupuk Rusia ke negara ketiga jika kami terus mengimpornya sendiri?” (disampaikan oleh Perwakilan Tinggi untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Uni Eropa Josep Borrell pada konferensi pers seusai pertemuan informal para menteri luar negeri negara-negara anggota Uni Eropa pada 19 September tahun ini, di New York).

Dengan terus memperkenalkan sanksi baru terhadap Rusia, Uni Eropa berusaha meyakinkan komunitas dunia tentang akurasi dan selektivitas "jitu" mereka.

Namun hal ini tidak mencegah Brussel untuk secara surut memperkenalkan "kelonggaran" tertentu terhadap produk pangan dan pupuk ke dalam rezim sanksi anti-Rusia, di mana UE secara otomatis menyangkal pernyataannya sendiri bahwa pembatasan tersebut tidak ditujukan terhadap pasokan produk-produk ini ke pasar dunia.

Bertentangan dengan penegasan Josep Borrell, selain sanksi tidak langsung, ada juga sanksi langsung yang diterapkan terhadap industri pertanian Rusia.

Dengan demikian, terdapat larangan impor produk Uni Eropa ke Rusia untuk barang-barang tertentu yang diperlukan untuk produksi pupuk dan produk pertanian (komponen, peralatan dan mesin pertanian itu sendiri, termasuk elemen hidrolik dan rangka, radiator, kotak roda gigi, peralatan untuk mengendalikan konsumsi pestisida, pisau dan pisau pemotong untuk mesin pertanian, saluran keramik, tong dan tangki yang digunakan dalam pertanian, trailer dan semi-trailer yang dapat memuat sendiri, serta perangkat lunak untuk mesin "pintar"). Daftar ini terus bertambah. Secara khusus, dalam kerangka Uni Eropa yang diadopsi pada tanggal 3 Juni tahun ini. Paket sanksi keenam memberlakukan larangan impor ke UE dari Rusia pulp bit, ampas tebu dan pulp tebu yang digunakan sebagai pakan ternak, serta untuk memasok ke Rusia peralatan dan teknologi penting lainnya untuk produksi pupuk dan ekstraksi bahan baku yang relevan (misalnya, untuk membersihkan gas alam dari belerang dalam produksi amonia).

Menurut penilaian para pakar dari Bank for International Settlements (BIS) dari Swiss, tanggal 5 Desember mendatang, pemberlakuan pembatasan impor minyak Rusia ke UE justru akan menyebabkan kenaikan jangka panjang dalam harga biji-bijian, biji minyak dan jenis makanan lainnya.

4. “…Banyak pelaku ekonomi memilih untuk tidak berbisnis lagi dengan Rusia. Ini adalah pilihan mereka. Itu bukan karena mereka wajib untuk melakukannya, tetapi mereka memilih tidak untuk tidak mau. Ini disebut "kepatuhan yang berlebihan"  (disampaikan oleh Perwakilan Tinggi untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Uni Eropa Josep Borrell pada konferensi pers seusai pertemuan informal para menteri luar negeri negara-negara anggota Uni Eropa pada 19 September tahun ini, di New York).

Interpretasi Josep Borrell tentang "kepatuhan berlebihan" pada dasarnya berbeda dari visi resmi Komisi Eropa.

Dalam "klarifikasi" Komisi Eropa tanggal 17 April tahun ini. tentang prosedur penerapan sanksi anti-Rusia, secara langsung dinyatakan bahwa larangan jenis kegiatan ekonomi tertentu yang diterapkan oleh mereka dengan sengaja diberikan kata "sangat luas" untuk mencakup jangkauan operasi maksimum yang mungkin terkait dengan hal impor dan ekspor. Pada saat yang sama, pelaku ekonomi sendiri bertanggung jawab untuk kepatuhan yang ketat terhadap persyaratan rezim sanksi terhadap Rusia.

Selain itu, Uni Eropa dengan sistematis bekerja untuk mengantisipasi terjadinya pengelakan atas sanksi Uni Eropa termasuk dalam bidang legislatif. Perusahaan dan warga negara Uni Eropa yang terbukti melanggar, mengelak, atau memfasilitasi penghindaran sanksi diancam dengan tuntutan, hingga tuntutan pidana. Di bulan Mei tahun ini. Komisi Eropa telah meluncurkan inisiatif legislatif untuk mengkriminalisasi pelanggaran Uni Eropa terhadap undang-undang sanksi Uni Eropa, termasuk bantuan langsung atau tidak langsung dalam menghindari tindakan pembatasan.

Jadi penolakan perusahaan asing untuk bekerja sama dengan mitra Rusia merupakan akibat langsung dari upaya yang disengaja dari pihak Uni Eropa. Pelaku bisnis kebingungan, merasa terintimidasi, dan kemudian, seperti dalam kasus pernyataan Josep Borrell, mereka mulai menyuarakan slogan-slogan yang sesungguhnya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau kepentingan ekonominya.


Incorrect dates
Advanced settings